Di era internet, budaya tradisional menghadapi tantangan besar dari budaya digital instan seperti meme, tren TikTok, dan konten viral. Fenomena ini disebut krisis identitas budaya digital.
Generasi muda lebih banyak mengonsumsi budaya global daripada budaya lokal. Lagu tradisional tergeser oleh musik viral, pakaian adat tersisih oleh fashion cepat, dan ritual lama dianggap kuno.
Akibatnya, banyak tradisi perlahan hilang karena tidak lagi dipraktikkan. Identitas budaya yang seharusnya menjadi kekayaan bangsa justru lenyap di arus digitalisasi.
Beberapa komunitas mencoba melawan tren ini dengan menghadirkan budaya lokal ke platform digital. Misalnya, tarian tradisional dibuat dalam format TikTok, atau kuliner lokal dipasarkan lewat Instagram.
Keunggulannya adalah budaya bisa tetap relevan di mata generasi muda. Namun, ada risiko budaya hanya dijadikan hiburan tanpa pemahaman makna mendalam.
Krisis ini bukan hanya soal hilangnya budaya, tapi juga soal hilangnya jati diri bangsa.
Jika tidak ada strategi pelestarian yang serius, dunia bisa kehilangan keragaman budaya dan hanya menyisakan budaya global homogen.
Tradisi harus bertransformasi, bukan hilang. Dunia digital seharusnya menjadi ruang baru untuk menghidupkan, bukan mematikan identitas budaya.