Fenomena Slow Travel: Menolak Kunjungan Singkat dan Mengutamakan Koneksi Mendalam

Fenomena Slow Travel: Menolak Kunjungan Singkat dan Mengutamakan Koneksi Mendalam

0 0
Read Time:42 Second

Florence – Sebagai reaksi terhadap turis checklist yang didorong media sosial, gaya hidup Slow Travel (Perjalanan Lambat) telah menjadi tren yang disengaja. Filosofi ini adalah penolakan terhadap kunjungan singkat dan cepat, memilih untuk tinggal lebih lama di satu lokasi (mingguan atau bulanan) untuk merasakan kehidupan lokal secara autentik.

Slow Travel berfokus pada koneksi yang mendalam dengan budaya, makanan, dan komunitas setempat. Traveler sering menyewa akomodasi lokal, menggunakan transportasi umum, dan berbelanja di pasar lokal, bukan sekadar mengunjungi tempat wisata utama. Ini didorong oleh tren remote work, yang memungkinkan individu untuk bekerja dari mana saja (digital nomad).

Gaya hidup ini lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, mengurangi jejak karbon yang terkait dengan penerbangan cepat yang sering. Bagi pelakunya, Slow Travel menawarkan pengalaman yang lebih kaya, lebih santai, dan transformasi pribadi yang lebih mendalam, mengubah perjalanan dari liburan pasif menjadi pengalaman hidup yang berkesinambungan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%