Energi terbarukan bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Dunia kini berada di tengah revolusi energi yang menentukan siapa yang akan memimpin ekonomi global di masa depan.
Negara-negara maju berlomba mengembangkan tenaga surya, angin, dan hidrogen. Tiongkok mendominasi produksi panel surya, sementara Eropa unggul dalam turbin angin lepas pantai.
AS berusaha mengejar lewat investasi besar-besaran dalam teknologi hijau. Subsidi pemerintah menjadi senjata utama untuk menarik investor.
Namun, transisi energi tidak mudah. Banyak negara masih bergantung pada bahan bakar fosil, dan infrastruktur energi terbarukan membutuhkan biaya besar.
Selain itu, ada kompetisi geopolitik baru. Negara dengan cadangan mineral penting seperti lithium dan kobalt menjadi rebutan karena dibutuhkan untuk baterai.
Kesimpulannya, revolusi energi terbarukan adalah arena persaingan baru antarnegara. Siapa yang menang akan menentukan arah ekonomi dunia dalam dekade mendatang.